Pada saat Soekarno ditangkap dan dipenjarakan di Sukamiskin (Bandung) sebagai akibat gerakan organisasi PNI yang radikal dan non-kooperatif dengan pemerintah ko
Pertanyaan
Saatnya Indonesia Bicara
Enough is Enough !
Indonesia Menggugat !
Menuju Indonesia Merdeka
Kami bukan bangsa Inlander
1 Jawaban
-
1. Jawaban gabrielalfarizie
Pada tahun 1929, Soekarno ditangkap oleh pemerintah Hindia-Belanda dengan delik makar. Ia dikirim dan ditaruh di penjara Sukamiskin (Bandung). Di tempat tersebut, Soekarno muda menuliskan sebuah pidato pembelaan (pledoi) yang kelak dibacakannya di depan pengadilan kolonial. Pidato tersebut berjudul Indonesia Menggugat.
Pembahasan
Ketika pecahnya emberontakan PKI pada tahun 1926, banyak para simpatisan dan elite politiknya melarikan diri ke luar negeri, serta sebagian diantaranya harus mendekam di Digul. Suasana sosial dan politik masih memanas di Hindia Belanda, meskipun PKI sudah habis, namun muncul gerakan anti kolonial baru yang dimotori oleh PNI. Gerakan tersebut dinilai memiliki tujuan yang sama seperti PKI, hanya saja pergerakan Perserikatan Nasional Indonesia atau PNI lebih terstruktur dan sistematis.
Tujuan tersebut sebenarnya dapat dikatakan sedikit berbeda, PKI menginginkan merebut kekuasaan sama seperti PNI, hanya saja tujuan PNI dinilai lebih Independen, yaitu "Indonesia Merdeka". berbeda dengan PKI yang ingin mendirikan negara Komunis yang sudah diperintahkan oleh Forum Komunis Internasional "Cominform."
Pada tahun 1928 PNI gencar melakukan propaganda nasionalisme mereka, mereka menyebut bahwa tahun tersebut sebagai tahun propaganda. Propaganda dilakukan secara sistematis dan mengerahkan pelbagai golongan yang tergabung dalam simpatisan PNI, dari golongan intelektual muda sampai rakyat kecil menyuarakan propaganda demi propaganda. Soekarno muncul sebagai penguasa podium dengan pidato-pidatonya yang membakar nasionalisme rakyat. PNI kemudian mendirikan sekolah-sekolah partikelir untuk kaderisasi pemuda-pemuda untuk pergerakan nasional dan merangkul masa tentunya.
Pada tahun 1929 PNI tumbuh menjadi organisasi politik dengan masa yang banyak dan terorganisasi hingga golongan masyarakat terbawah. PNI mulai melakukan pergerakan masa secara radikal, lantaran itu pula Pemerintah Kolonial Hindia Belanda kemudian mulai melakukan tindakan antisipasi dengan membubarkan setiap rapat dan pertemuan yang diadakan oleh PNI dan simpatisannya, kalaupun diadakan harus mendapatkan pengawasan dari pasukan bersenjata.
Pemerintah kolonial semakin khawatir dengan kondisi politik yang dibuat oleh pergerakan PNI. Diplomasi yang dilakukan PNI berhasil merangkul kekuatan-kekuatan politik nasional untuk menggalang persatuan, dari yang radikal hingga yang moderat, dari yang non kooperatif hingga yang kooperatif. PNI pun kemudian bersama organisasi-organisasi pergerakan politik lain seperti Partai Sosialis Indonesia, Budi Utomo, Partai Nasional Indonesia, Paguyuban Pasundan, Jong Sumatranen Bond, Pemuda Kaum Betawi, dan Kelompok Studi Indonesia, mendirikan Pemufakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) yang didirikan dalam sebuah rapat di Bandung pada tanggal 17-18 Desember 1927.
Pembentukan PPPKI sangat membuat Belanda khawatir. Maka dari itu, untuk menghentikan gerakan PNI, Belanda menangkap para pemimpin PNI. Soekarno, Gatot Mangkupraja, Maskun, dan Supriadinata yang tergabung dalam Perserikatan Nasional Indonesia (PNI) dituduh hendak menggulingkan kekuasaan Hindia Belanda kemudian berhasil ditangkap dan dibawa ke penjara Bantjeuj di Bandung, Jawa Barat.
Soekarno dan pemimpin PNI lainnya ditangkap pada akhir 1929, tepatnya 30 Desember 1929. Soekarno sendiri dipenjarakan disebuah tempat yang berukuran 1,5 x 2,5 meter. Soekarno sendiri sangat terisolasi di penjara, tidak tahu perkembangan dunia luar, dilarang membaca buku dan meneria informasi dari luar. Namun, berkat Inggit (istrinya), Soekarno dapat mengetahui sedikit perkembangan dunia luar, serta Inggit pula yang berhasil menyeludupkan buku bacaan untuk Soekarno. Soekarno pun menulis pledoinya yang terkenal dengan "Indonesia Menggugat" disana.
Sel itu tidak punya jendela dan jeruji. Tidak ada celah bagi cahaya luar untuk masuk. Lantainya semen dingin. Tempat tidurnya hanya papan kayu jati ukuran 45 cm. Sel itu gelap dan lembab. “Tempat itu gelap, lembab dan melemaskan,” kata Sukarno dalam biografinya, Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.
Pengadilan terus berjalan, namun ada yang menarik ketika Soekarno membacakan pledoinya (pidato pembelaan) pada 1 Desember 1930. Soekarno yang dinilai akan lemah dan terlecehkan dipengadilan, menjadikan pengadilan sebagai panggung politiknya. Ia membacakan pledoi yang berjudul "Indonesia Menggugat" di depan pengadilan kolonial (landraad) di Bandung, pada tahun 1930, Isinya cukup menusuk para penjajah yang mendengarnya.
Inti dari pidato itu adalah; "Pergerakan, pemberontakan, dan lain sebagai macamnya terlahir bukan karena hasutan kaum intelektual. Pergerakan lahir adalah alamiah karena penderitaan rakyat yang tak tertahankan."
Pelajari juga
Sejarah kelahiran PNI https://brainly.co.id/tugas/11040686
Detil jawaban
Kelas: 11
Mata pelajaran: Sejarah
Bab: 3 - Perjuangan Nasional di Indonesia
Kode: 11.3.3
Kata kunci: Indonesia Menggugat